Monday, July 9, 2012

Antara Takdir, Cinta, dan Dunia

Layaknya anjing yang setia, seperti itulah dia mendengarkan celotehan dan masa depanku
Pandangan mataku menamparnya agar segera meminangku
Pelukannya menyelimuti dinginku
Kuberikan rasa estetika dan keharmonisan pada hasratnya
Ia meringis
Selembut sutra kulitnya ketika menyentuhku
Wahai tumbuhan-tumbuhan, lihatlah.. kami berdua begitu saling mencintai.

Egoisme merajalela
Kejamnya doktrin dan peraturan hitam diatas putih
Hati manusia menjadi sekeras batu karang
Kedua bola mata yang peka menjadi buta akan kemesraan dan ketulusan
Tuntutan misterius memaksa individu untuk rakus akan kesempurnaan
Langit kehilangan bintang-bintang pada malam hari
Penghuni-penghuni rumah pada melarikan diri
Wahai binatang-binatang, lihatlah..
Cinta kami tetap bertahan, bahkan semakin kuat melawan pergolakan dunia.

Tiada lagi alunan suara merduku dalam sel-sel otaknya.
Takkan pernah lagi kusapa lesung pipinya.
Fisikku hilang sekejap dalam mimpinya
Aku tak bisa lagi menggapai penyemangatku
Rindunya kepadaku yang tiada henti, tiba-tiba menjadi beku
Wahai bumi dan langit, kami bersumpah saling menyayangi.

Dengar ini,
Benih kami yang hancur itu sudah berbunga
Kehadiran dirinya menjadi stimulus cahaya untuk ia bertumbuh
Hembusan nafasku memberikan udara segar untuk ia berbuah
Benih kami seindah surga dunia
Dia kumbangnya dan aku bunganya
Kami menopang beban yang kalian lemparkan
Berdua berbagi suka duka
Wahai dunia yang asing, tak tergerakkah atmosfermu untuk mempersatukan kami?

Tanpa suara, tanpa teriakan, dan tanpa tetes air mata.
Kami sejiwa seraga, langkah demi langkah mengikuti arus takdir yang kejam
Sudah melawan, namun tak berdaya
Tulang kami ambruk
Tapi mental kami menjadi emas

Jutaan triliun kilometer jarak kami saat ini
Jurang dan samudera bak ketidakadilan yang memisahkan fisik kami
Setengah mati kami menahan rindu
Saling bertelepatilah hati kami
Menyimpulkan sebuah peribahasa yang menjadi kekuatan
Keberhasilan menemukan jarum dalam jerami

Mungkin didunia yang berbeda
Mungkin dikehidupan yang lain
Mungkin di Sorga
Aku akan menjadi miliknya
Dia akan menjadi milikku
Menebar tawa sukacita dan cinta yang sempat tertunda
Merasakan makna cinta yang sesungguhnya
Diatas langit, kami berdua akan bersumpah di altar putih
Menuai benih kesucian cinta kasih yang telah kami bangun didunia
Beserta fondasi yang begitu dashyat telah kami arungi bersama
"Aku bersedia", ucap kami berdua.
Tuhan meresmikan ikrar kami.
Darat dan laut menjadi saksinya
Tumbuhan dan binatang menjadi pengiringnya
Tak terhitung bintang dilangit yang menerangi malam kami

Atas nama cinta,
Di bumi ini baru saja musnah sebuah aliran cinta yang mengalir tiada henti.
Cinta kami.

1 comment:

Anonymous said...

bagus sekali puisi anda. lanjutkan membuat puisi ya untuk mewarnai dunia dgn puisi anda :D