Monday, June 11, 2012

Mati Rasa

Hilang rasa.
Tiada kepekaan.
Kemana perginya ekspresi?
Dimana letak emosi yang dulu membakar gairah?
Separuh diriku hilang, namun ku baik-baik saja.
Ada apa denganku?

Tiada lagi serpihan dirimu dalam hatiku.
Tak tersisa.
Semua terlahap angin yang pergi bersama dirimu.
Jauh... Jauh terbang dan takkan pernah kembali.

Bahagia dalam kalbu.
Menemukan setitik cahaya didalam hampa.
Ditemani hijaunya dedaunan dan warna warni bunga.
Sungguh tenang hati ini tanpamu.

Dimana perasaanku?
Aku tak dapat merasakan apa-apa.
Aku tak dapat menemukannya.
Sudah mati hasratku.
Dimana aku dapat menemukannya?
Ataukah ada yg sudah menyimpannya?

Ku terdiam dalam bingar.
Ku berteriak dalam pekat.
Enyahlah kamu!
Penatku tak pernah mampir dalam duniamu.

Tak perlu ku menangis lagi didepanmu.
Layaknya seorang binatang tak berperasaan yang memohon kesediaanmu untuk memberikan makanan.

Kau sempat mnjadi segalanya bagiku.
Namun, sekarang kau layaknya ilalang yg mnghancurkan padi.
Mngapa tak kau biarkan aku tersenyum menyapa dunia?

Cukup...!
Sudah cukup kau menipuku.
Bermain dibelakangku.
Sudah cukup kokoh hati ini.
Besi baja pun kalah dgn kerasnya hati ini.

Sejuta memori terindah tentang dirimu, tak mampu membuatku menangis dan tersenyum.
Aku hanya mampu bercerita, tak ada ekspresi, tak ada emosi.

Pelukanmu bagaikan es batu salju yang membunuhku.
Ciuman pipimu bagaikan bisa ular yang menakutkanku.
Kata-katamu bagaikan pisau yang menusukku.

Ku jadikan kau hanya satu-satunya seorang pria dihatiku.
Kau jadikanku kedua dan ketiga.

Smua yang kau lakukan padaku mnjadi tamparan bagiku.
Tiada balasan untukmu.
Hanya akan ada pelunasan atas pelecehanmu,
Kepada tangisanku dan semua perbuatanmu.

Melihat dirimu bersama wanita-wanitamu membuatku kebal menilai pria.
Tak terdidik diriku untuk menginduksikan jenis spesiesmu.

Seberapa manusia-kah kamu?

Nostalgia ini membunuhku dan membangkitkanku.
Aku terlalu berharga untuk merasakan pekat ini.
Kamu pikir kamu siapa?

Hidup tanpa cinta dan kasih adalah tak berarti.
Tak bisa terbayangkan.
Namun, bagaimana bisa diri ini bosan dengan cinta?
Bahaya.

Kembalikan senyumku yang dulu.
Tawa dan candaku yang terikat pada dirimu.
Ku rindu ingin bertemu dengan mereka.
Sekian lama hati kangen akan riang.

Inginku membuka hati
Menyambut cinta yang baru...
tapi ku tak bisa dan ku tak mampu.
Aku mau, namun ku tak bisa.
Pantaskah aku dicintai?

Tak mudah memberikan sakralnya hati ini.
Terlalu takut untuk menyambut duri mawar indah yang pria tawarkan.
Penuh dusta dan penuh kemunafikan.

No comments: